Seperti beberapa malam yang lalu, aku tengah disibukkan menyelesaikan skripsiku tercinta. Entah apa yang ada dibenakku malam ini, lamunku pun melayang tentang kejadian beberapa hari ini. Aku benar-benar gak fokus untuk mikirin pembahasan skripsi. Diri ini bertanya, kemana semangat yang ada dalam hidupku ? ahh, entahlah mungkin ia sedang bersembunyi dan memintaku mecarinya.
Sabtu (6 April 2013), sebuah pesan singkat dari uni mengusik hariku, "umi, fatan koma. mohon do'a ya". Deg, hati ini berdetak begitu kencang.Walaupun aku tau beberapa hari terakhir fatan memang rawat inap di Rumah Sakit, tapi aku gak pernah berfikr anak sekecil itu bakal koma. Yaa Robb, ia masih amat kecil untuk merasakan sakit itu. Ingin sekali rasanya menggantikan posisinya, tapi itu tak kan mungkin. Aku hanya bisa berdo'a kepada Sang Pemilik Nyawa ini, "Ya Allah, Yaa Rahman, berilah kesembuhan kepada keponakanku. jika tidak berilah jalan yang terbaik menurut-Mu, kami ikhlas".
Sehari berlalu, Minggu (7 April 2013) pukul 03.30 WIB. Saya dan teman-teman satu rumah emang sejak kemarin tengah berpuasa dan kini kami bangun untuk melaksanakan sahur sambil menanti adzan subuh. Semuanya biasa saja, gak ada yang aneh pada perasaanku. Seperti biasa, aku adalah anak yang sangta malas dan hobi tidur setelah subuh, sifat yang sangat buruk bukan ? tapi itulah aku, aku belum bisa mengubah kebiasaan yang satu ini.
Entah berapa lama aku tertidur usai sholat subuh, saya rasa matahari uda sangat tinggi. Tentu saja, ini uda pukul kurang lebih 11.00 WIB. Wow, hibernasi yang cukup panjang. Aku bangu setelah menerima pesan singkat dari adikku, "uni fatan meninggal". Antara sadar dan gak sadar, serasa ini semua adalah mimpi. "Innalillahi wainnailaihirojiun", hanya itu yang bisa saya tuliskan. Benar-benar tubuh ini terasa melemah, begitu dekatnya kematian itu. Segera kuraih handphoneku, dilayar pun tertera memanggil abang donny. Suara dari seberang pun menjawab panggilanku. Ya, dia istri abangku, kusapa ia sekedar menanyakan keadaan. Kemudian aku berbicara dengan abangku. Tak banyak yang kami bicarakan, durasi panggilan pun hanya sekitar 10 menit dan aku pun telah kehabisan kata-kata. Aku hanya memberikan sedikit nasehat kepadanya dan memintanya untuk terus bersabar dalam menghadapi semuanya.
Aku dan abangku tidak terlalu dekat. Mungkin karena kita beda gender. Dia adalah anak laki-laki pertama di keluargaku, sedangkan aku putri bungsu dalam keluarga sebelum adik saya lahir sepuluh tahun kemudian yaa. Sepuluh tahun menjadi anak bungsu, tentu saja membuat aku sempat mejadi adik tersayang donk karena itulah aku menjadi anak yang manja. Aku gak pernah terlibat persoalan yang terjadi di keluarga. Aku hanya tau bermain, belajar dan tidur. Hal ini juga menyebabkan aku canggung jika harus menasehati saudara-saudaraku yang lebih tua. Aku hanya berfikir, anak kecil seperti aku tau apa sih tentang mereka. Tapi tak jarang, mama selalu menyuruh aku untuk menesehati mereka. Sungkan si, tapi gak bisa menolak kemauan mama.
Malam ini, aku berharap "esok saat aku bangun dari tidurku, kabar baik yang akan ku dengar. Dan semoga semangatku bisa kutemukan ya, aku lelah tanpa dia".
"Yaa Robb, Yaa Rahman, Yaa Rohim, terimalah fatan disisiMU. Sampaikan padanya "ummi sayang fatan, semuanya sayang fatan. Ummi yakin fatan pasti sangat bahagia berada di sisi Allah SWT. Fatan tunggu ummi ya di Jannah-Nya. Ummi selalu mendo'akan fatan". Aamiin
Tears,
e. Putery Marsya
2 komentar:
Bnr sekali...:)
tidak ada seorangpun yg bisa menghalangi takdir/kehendak Allah., baik rezeki, jodoh maupun maut...ehhehe
kita hanya bisa menerima dan mempersiapkannya.
aku turut berduka cita,, smg ada hikmah dibalik itu semua.:)
"Tetap Semangat y":)
yupp,, makasih y. . :)
Posting Komentar