Container Icon

Aku Bahagia Menjadi Putri muu. .

Menulis di blog jadi kebiasaan baru ku untuk mengisi waktu luang ataupun saat bosan menerpa diriku saat mengerjakan tugas. Rasanya ada kepuasan tersendiri setelah menulis. Libur jum’at sampai minggu ini akan saya isi dengan mengerjakan tugas tapi jujur saja hati ini sebenarnya ingin pulang ke kampung halaman. Aku merindukan keluarga disana.
Saya terlahir dalam keluarga yang sederhana, penuh kehangatan dan keceriaan. Apalagi di saat hari Raya Idul Fitri, semua keluarga berkumpul dan membuat rumah dipenuhi dengan keramaian. Saya suka keramaian itu dan saya  sangat bahagia saat seperti itu.
Kehidupan yang saya lalui sedari kecil hingga sekarang mungkin tak senikmat kehidupan teman-temanku yang lainnya. Tentu saja, karena rata-rata temanku terlahir dari keluarga yang kaya. Mau beli ini itu pasti terkabulkan berbeda dengan saya.  Dulu saat hari Raya Idul Fitri, temanku bangga sekali punya banyak baju baru, sandal baru, Mungkena baru dan semuanya baru. Saya juga punya baju baru dan sandal baru tapi untuk membeli semua itu saya harus menabung, bukan orang tua saya gak mau beliin tapi emang kondisi ekonomi tidak memungkinkan. Saat Ramadhan teman-teman pada pamer mungkena baru tiap tahunnya tapi saya udah sekian tahun gak ganti-ganti sampe mungkena itu gak muat lagi. Mungkin bagi mereka yang melihat, kehidupan saya ini sangat menyedihkan bukan ?
Saat saya duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama, banyak buku-buku yang harus dibeli. Bayarnya boleh dicicil biasanya tapi siswa wajib punya, pemaksaan gak sii ? yah, mungkin untuk kebaikan siswa ya agar punya buku referensi untuk belajar. Mau tak mau saya harus membeli juga, kalau dipikir harganya gak terlalu mahal kok hanya Rp.32.000. Untuk kebanyakan orang itu uang yang kecil tapi tidak untuk kelurgaku. Masih terekam jelas dalam otakku, saat saya harus melunasi cicilan buku itu. Sebenarnya saya sudah cicil buku dengan cara menyisihkan uang jajan dan menyimpannya di sampul buku tersebut, Rp. 1000/hari saya kira udah cukup lumayan. Tapi ternyata uangnya masih kurang Rp.15.000 untuk melunasi buku tersebut. Karena deadline udah dekat, jadi saya harus minta ke orang tua. Mama selalu bilang “ntar yaa nak,, uangnya besok aja. Sekarang belum ada uang”. Saya tau tanggungan keluarga sangat banyak dan kondisi ekonomi yang gak memungkinkan, bayangkan saja saat itu orang tua saya harus membiayai seorang anaknya yang sedang mengenyam perguruan tinggi dan 4 orang anaknya yang masih duduk dibangku sekolah. Semuanya membutuhkan uang, ditambah lagi adek saya yang masih balita. Kondisi seperti ini mungkin membuat kebanyakan orang terpuruk, tapi Alhamdulillah tidak untuk saya. Saya telah terbiasa untuk hidup sederhana seperti ini. Saya juga biasa memakai barang bekas saudara saya, karena untuk membeli yang baru gak ada uang.
Maha Suci Allah yang tak pernah tidur, dia tak akan membiarkan kami selalu berada di bawah. Kondisi perekonomian keluarga pun mulai membaik seiring berjalannya waktu, syukur Alhamdulillah atas segala rezeki yang dilimpahkan kepada keluargaku. Saya tau kondisi ekonomi yang lemah bukanlah keinginan  orangtuaku, karena saya tau meraka telah berusaha banting tulang untuk mencari uang. Mereka pun tentu saja ingin memberikan yang terbaik untuk kami, tapi inilah cara Allah membiasakan kami dalam kehidupan yang sederhana.
“Terimakasih Allah atas segala ujian yang membuat kami semakin dekat denganMu”. Terimaksih Mama karena telah bersabar dalam segala kondisi ini. Terimaksih Papa karena telah berusaha memberikan yang terbaik untuk kami.
Ucapan terimakasih ini sungguh tak sebanding dengan perjuangan Mama dan Papa dalam membesarkan kami. Kalian adalah semangat hidupku, jiwaku, pelipu lara hati ini. Kalianlah motivasiku hingga aku menjadi seperti sekarang. Aku belum menjadi siapa-siapa yang bisa membuat kalian bangga, tapi Insya Allah aku akan menjadi anakmu yang membanggakan dunia dan akherat.
Mama, Papa,, aku sangat bangga dan bahagia jadi putri kalian. . .

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar